LEBAK, RADAR24NEWS.COM-Relokasi pedagang kaki lima (PKL) dari Jalan Sunan Kalijaga, Pasar Rangkasbitung ke Pasar Semi di Desa Narimbang Mulya, Kecamatan Rangkasbitung ternyata bukan sekadar urusan kios dan drainase. Di balik tenda-tenda terpal dan meja jualan, berembus isu panas soal ‘japrem’ alias jatah preman yang diduga bikin proses relokasi mandek bagai sinyal 3G di hutan.
Hal ini disampaikan Wakil Bupati Lebak, Amir Hamzah. Dia terang-terangan menyebut ada oknum yang ikut ‘berdagang’ dalam pusaran relokasi ini. Menurutnya, Jalan Sunan Kalijaga, Kecamatan Rangkasbitung bukan tempat sah untuk berdagang, namun entah kenapa lapak tetap menjamur, bahkan disewakan dengan harga meja Rp15 ribu dan potongan harian alias salar yang bisa tembus Rp20 ribu.
“Itu bukan tempat berjualan (Jalan Sunan Kalijaga di Kecamatan Rangkasbitung_red), itu jalan. Tapi banyak oknum yang sewakan meja, dan uangnya gak masuk kas daerah, malah ke kantong pribadi. Ini saya ketahui berdasarkan hasil investigasi Disperindan dan Dishub,” ujar Amir, Sabtu (28/6/2025).
Baca Juga: Pangkalan Gas di Jambe Tangerang Ubah LPG 3 Kg Jadi 12 Kg, Ini Motifnya!
Pasar Rakyat vs Bisnis Terselubung?
Relokasi ini sejatinya bertujuan mulia: merapikan pasar dan memberi tempat layak bagi pedagang. Tapi seperti biasa, di negeri +62, urusan mulia bisa jadi molor gara-gara ‘bisnis gelap’ yang tidak tercatat di neraca keuangan daerah.
“Uang meja dan salar itu totalnya bisa miliaran. Tapi gak jelas masuk ke mana?” lanjut Amir. Namun Wabup Amir tidak menyebutkan siapa oknum tersebut. Apakah onmun masyarakat atau oknum Pejabat.
Menyikapi hal ini, wartawan Radar24News melakukan penelusuran di sepanjang Jalan Sunan Kalijaga. Seorang pedagang yang enggan disebutkan namanya (karena takut meja dagangannya hilang esok pagi), mengaku pasrah dengan situasi ini.
“Kalau kita pindah, belum tentu laku. Sedangkan saya berjulana disini sudah lama,” ungkapnya, sambil menggulung plastik dagangan.
Relokasi PKL di Jalan Sunan Kalijaga di Kecamatan Rangkasbitung seakan menjadi misteri lapak nasional: antara niat baik pemerintah, ketakutan pedagang, dan keberadaan ‘oknum tak kasat mata’ yang menyedot keuntungan dari jalanan. Pertanyaannya: siapa yang benar-benar takut relokasi—pedagang, atau para ‘pemilik’ lapak bayangan?
Editor: Imron Rosadi















































