TANGSEL, RADAR24NEW–Kebakaran hebat melanda Asrama Polsek Serpong Tangsel di kawasan Cilenggang pada Rabu (3/9/2025) siang, membuat sedikitnya 20 kepala keluarga (KK) harus kehilangan tempat tinggal dan terpaksa mengungsi.
Cerita Korban Kerbakaran
Sejumlah warga menceritakan detik-detik kepanikan saat api berkobar. Ani (32), salah satu penghuni asrama, masih gemetar saat mengenang peristiwa tersebut.
“Saya cuma sempat bawa anak dan tas kecil. Semua barang-barang habis dilalap api,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Bagi Ani dan puluhan keluarga lainnya, kebakaran Asrama Polsek Serpong Tangsel bukan sekadar kehilangan harta benda, tetapi juga kenangan yang tersimpan di dalam rumah mereka.
Dapur Umum dan Posko Darurat
Menindaklanjuti musibah ini, BPBD Kota Tangsel bersama lintas instansi langsung bergerak cepat. Posko pengungsian didirikan di aula Kecamatan Serpong, sementara dapur umum disiapkan di halaman kantor kecamatan.
“Kami pastikan kebutuhan dasar pengungsi terpenuhi. Mulai dari logistik, layanan kesehatan, hingga tambahan gizi bagi balita,” kata Dian Wiryawan, Kepala Regu Lapangan BPBD Tangsel.
Baca Juga: Warga Panik, 16 Rumah di Asrama Polsek Serpong Ludes Terbakar
Bantuan Logistik Mengalir
Sementara itu, Dinas Sosial (Dinsos) Tangsel bersama Baznas juga menyalurkan bantuan, mulai dari sembako, kasur, selimut, pakaian, hingga popok bayi.
“Kami juga siapkan layanan pendampingan psikologis, karena trauma akibat kebakaran ini cukup berat bagi korban,” jelas Yasir Arafat, Kabid Perlindungan dan Jaminan Sosial Dinsos Tangsel.
Selain itu, PMI Tangsel turut hadir dengan memberikan pemeriksaan kesehatan dan distribusi bantuan darurat.
Pemerintah Janji Pemulihan
Pemkot Tangsel berkomitmen untuk mendampingi para korban dalam proses pemulihan. Rehabilitasi jangka panjang akan segera disiapkan setelah tahap tanggap darurat selesai.
Musibah kebakaran Asrama Polsek Serpong Tangsel ini menjadi pengingat bahwa bencana bisa datang kapan saja. Di balik kobaran api, tersimpan kisah ketabahan puluhan keluarga yang kini berjuang memulai hidup dari nol.
Editor: Imron Rosadi