KOTA TANGSEL, RADAR24NEWS—Persoalan sampah Kota Tangsel kembali jadi sorotan. Kerja sama pembuangan sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bangkonol, Kabupaten Pandeglang, yang semula dianggap solusi, kini berubah jadi polemik setelah warga setempat menolak keras.
Wali Kota Tangsel, Benyamin Davnie, mengaku hingga saat ini pihaknya belum mendapat kepastian dari Pemerintah Kabupaten Pandeglang.
“Kami masih menunggu sinyal dari Pemkab Pandeglang. Apakah perjanjian kerja sama dilanjutkan atau dihentikan, semua tergantung keputusan mereka. Kami memahami di lapangan ada dinamika yang cukup berat,” jelas Benyamin, Minggu (24/8/2025).
Alternatif ke Jawa Barat
Bukan hanya menunggu Pandeglang, Pemkot Tangsel juga membuka jalur komunikasi dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Rencananya, sampah akan dibuang ke TPA Lulut Nambo di Kabupaten Bogor dan diolah menjadi RDF (Refuse-Derived Fuel) untuk bahan bakar industri.
“Kerja sama dengan Jawa Barat sebenarnya sudah disiapkan sejak lama. Itu bisa jadi pilihan lain kalau dengan Pandeglang tidak berjalan,” ujar Benyamin.
TPA Cipeucang Kian Penuh
Keterbatasan kapasitas TPA Cipeucang di Serpong membuat Tangsel tak bisa lagi menunda solusi. Volume sampah harian mencapai ribuan ton, sementara lahan TPA semakin sempit.
Pengamat lingkungan, Ahmad Yusran, menilai krisis sampah ini bisa jadi bom waktu.
“Pemerintah harus fokus tidak hanya membuang sampah, tapi juga mengurangi dari sumbernya. Edukasi warga, bank sampah, dan pemilahan harus diperkuat,” katanya.
Warga Pandeglang Angkat Suara
Penolakan warga Pandeglang bukan sekadar kabar angin. Mereka menganggap rencana pembuangan sampah Kota Tangsel ke wilayah mereka tidak adil.
Sutrisno (45), warga Desa Bangkonol, menuturkan keresahannya.
“Kami di sini sudah cukup repot dengan sampah sendiri. Kalau ditambah kiriman dari Tangsel, makin parah dampaknya. Bau, lalat, dan penyakit bisa datang ke kampung kami.”
Sementara itu, Rohmah (39), seorang ibu rumah tangga, bahkan menyebut masyarakat siap turun ke jalan.
“Kalau dipaksakan, kami akan demo ke kantor Wali Kota Tangsel. Jangan jadikan kampung kami tong sampah kota besar,” tegasnya.
Suara dari Tangsel
Warga Tangsel pun ikut was-was. Indah Putri (28), warga Serpong, mengaku khawatir jika masalah ini berlarut.
“Kalau terus ditunda, sampah bisa menumpuk dan jadi masalah kesehatan. Harus ada keputusan cepat, jangan tarik ulur terus,” ujarnya.
Kesimpulan
Polemik sampah Kota Tangsel menunjukkan bahwa masalah sampah bukan sekadar teknis pembuangan, melainkan juga soal keadilan lingkungan dan tanggung jawab sosial. Selagi menunggu keputusan Pandeglang, Pemkot Tangsel didesak segera menyiapkan langkah konkret agar krisis sampah tidak berubah jadi bencana.
Editor: Imron Rosadi