TANGSEL, RADAR24NEWS.COM-Setelah hujan deras mengguyur beberapa hari lalu dan menyebabkan sejumlah wilayah tergenang banjir, Dinas Sumber Daya Air, Bina Marga, dan Bina Konstruksi, Kota Tangerang Selatan (DSDABMBK Tangsel) kini menjadi sorotan utama dari Komisi IV DPRD Kota Tangsel. DPRD mendesak agar DSDABMBK Tangsel segera menyusun blueprint penanganan banjir untuk tahun 2026 dan seterusnya.
Suara keras datang dari anggota Komisi IV DPRD Tangsel, Alexander Prabu. Ia mengaku geram karena permasalahan banjir seperti terus berulang dari tahun ke tahun tanpa solusi yang menyeluruh.
“Hujan dua sampai tiga jam saja bisa bikin banyak titik tergenang. Ini tandanya kita belum punya peta kerja yang matang untuk jangka panjang,” kata Alex saat dihubungi radar24news.com, Minggu (1/6/2025).
DSDABMBK Tangsel Didorong Bertindak Cepat dan Tepat
Alexander menegaskan, sudah saatnya DSDABMBK Tangsel menyusun peta penanganan banjir yang berbasis data dan pengalaman langsung dari lapangan. Menurutnya, blueprint ini penting agar anggaran bisa disiapkan secara terstruktur mulai tahun 2026.
“Gunakan kejadian banjir kemarin sebagai tolak ukur. Dari titik-titik itu, buatlah peta kerja untuk 2026, 2027, dan seterusnya,” tegasnya.
Ia juga menyoroti perlunya koordinasi lintas dinas, terutama dengan pihak perencanaan dan keuangan daerah, agar penanganan banjir tak sekadar tambal sulam.
Menuju Kota Layak Huni, Dimulai dari Mengendalikan Air
Penanganan banjir menjadi bagian penting dalam mewujudkan Tangsel sebagai kota yang nyaman dan layak huni. Menurut Alexander, tanggung jawab itu kini berada di tangan DSDABMBK Tangsel sebagai garda terdepan urusan infrastruktur.
“Kalau banjir masih jadi masalah rutin, bagaimana kita mau bicara smart city atau kota modern? Atasi dulu masalah dasarnya,” ujarnya.
Tangsel Langganan Banjir
Di balik genangan air itu, ada cerita warga yang harus menggulung kasur basah, anak-anak yang gagal berangkat sekolah, dan pedagang kecil yang kehilangan omzet karena akses jalan tertutup banjir. Ini bukan sekadar soal air, tapi soal kehidupan.
“Setiap kali hujan besar datang, kami harus siaga. Anak saya sampai tidur di kursi ruang tamu karena kamarnya kebanjiran,” ujar Reni, warga Pondok Pucung, dengan nada lelah.
Reni bukan satu-satunya. Beberapa RT di Ciputat dan Pamulang juga melaporkan hal serupa. Mereka berharap pemerintah tak hanya datang saat air naik, tapi juga hadir lewat kebijakan jangka panjang yang nyata.
Warga berharap desakan dari DPRD tak hanya berhenti di meja rapat, tapi benar-benar ditindaklanjuti oleh dinas teknis terkait. Karena bagi mereka, setiap tetes air hujan bisa jadi berkah, asal tak berubah jadi bencana.
Editor: Imron Rosadi












































