JAKARTA, RADAR24NEWS – Suasana rumah pribadi Menteri Keuangan Sri Mulyani yang biasanya tenang, mendadak berubah menjadi saksi bisu amarah massa.
Kasus penjarahan rumah Menteri Keuangan Sri Mulyani akhir pekan lalu meninggalkan luka mendalam, bukan hanya soal harta yang hilang, tapi juga rasa aman yang ikut terenggut.
Lewat akun Instagram pribadinya, Sri Mulyani mencurahkan isi hati. Bukan soal perhiasan atau barang mewah, melainkan satu benda sederhana namun penuh makna: sebuah lukisan bunga cat minyak hasil tangannya sendiri 17 tahun silam.
Lukisan yang Hilang, Kenangan yang Pupus

Di tengah kericuhan, seorang pria berjaket merah dengan helm hitam terlihat memanggul lukisan itu keluar dari rumah Sri Mulyani.
Bagi sebagian orang mungkin hanya benda biasa. Tapi bagi Sri Mulyani, lukisan itu menyimpan perjalanan batin, lahir dari proses panjang kontemplasi dan refleksi diri.
“Lukisan bunga itu tak lagi ada, seperti terhapusnya rasa aman, kepastian hukum, dan keadilan kemanusiaan di negeri ini,” tulis Sri Mulyani dikutip radar24news, Rabu (3/9/2025).
Setiap goresan cat adalah jejak perasaan, dan kini hilangnya karya itu membuat luka batin yang tak kalah perih dibanding kerugian materi.
Rasa Aman yang Terkoyak
Sri Mulyani menegaskan, yang lebih menyakitkan dari penjarahan bukanlah benda yang hilang, tetapi hilangnya rasa aman dan nilai kemanusiaan.
“Hilang hukum, hilang akal sehat, dan hilang peradaban. Runtuh rasa perikemanusiaan,” ungkapnya.
Baginya, penjarahan rumah itu menjadi simbol betapa rapuhnya tatanan sosial ketika emosi massa menguasai keadaan.
Nyawa Tak Bisa Digantikan
Di balik curhat personal itu, Sri Mulyani juga mengingatkan publik bahwa ada hal yang jauh lebih berharga dari lukisan atau barang berharga lainnya: nyawa manusia.
Ia menyebut nama-nama korban yang tewas dalam kerusuhan, dari Affan Kurniawan hingga Sumari.
“Korban jiwa itu tak akan bisa tergantikan oleh apapun,” tulisnya lirih.
Duka kehilangan nyawa, menurutnya, adalah tragedi kelam yang harus menjadi pengingat bersama.
Harapan untuk Indonesia
Meski hatinya terluka, Sri Mulyani tetap menutup pesannya dengan harapan. Ia mengajak seluruh rakyat menjaga Indonesia agar tak lagi dikuasai amarah dan kekerasan.
“Indonesia adalah rumah kita bersama. Jangan menyerah pada kekuatan yang merusak itu. Jaga dan terus perbaiki Indonesia bersama, tanpa lelah dan tanpa putus asa,” katanya.
Baca Juga: Ngaku “Nemu Barang”, Dua Pria Ketahuan Ikut Jarah Rumah Menteri Sri Mulyani
Konteks yang Lebih Luas
Penjarahan saat kerusuhan akhir Agustus 2025 tak hanya menimpa rumah Sri Mulyani.
Rumah sejumlah tokoh publik lain juga jadi sasaran, mulai dari anggota DPR Ahmad Sahroni, Eko Hendro Purnomo, hingga Uya Kuya.
Deretan kasus ini menambah daftar panjang tragedi sosial yang menodai wajah demokrasi Indonesia.
Kesimpulan
Kasus penjarahan rumah Menteri Keuangan Sri Mulyani menjadi cerita yang lebih dalam dari sekadar kehilangan barang.
Ini adalah kisah tentang rapuhnya rasa aman, hilangnya nilai kemanusiaan, sekaligus seruan untuk menjaga Indonesia agar tetap damai.
Editor: Imron Rosadi