LEBAK, RADAR24NEWS.COM-Gunung Pamumbulan di Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, menjadi sorotan publik. Bukan karena keindahannya, melainkan karena kondisi kerusakannya yang dinilai semakin parah akibat aktivitas pabrik Semen Merah Putih. Sorotan ini datang langsung dari masyarakat adat Baduy, yang menyampaikan keluhannya kepada Bupati Lebak, Moch Hasbi Asyidiki Jayabaya.
Keluhan tersebut terekam dalam video viral di akun TikTok @lebakruhay yang diunggah pada Jumat (9/5/2025). Dalam video itu, dua perwakilan warga suku Baduy mendatangi Pendopo Bupati Lebak dan langsung diterima oleh sang kepala daerah. Mereka membawa pesan penting dari Puun, pemimpin tertinggi masyarakat Baduy.
“Dari 33 gunung yang dititipkan Puun agar dijaga kelestariannya, Gunung Pamumbulan adalah yang paling rusak. Batunya diambil habis-habisan oleh Semen Merah Putih,” ungkap Sardi, salah satu warga Baduy dalam bahasa Sunda yang telah diterjemahkan.
Sardi meminta Bupati untuk turun tangan langsung mengatasi persoalan tersebut. Ia juga menegaskan bahwa masyarakat Baduy mendiami kawasan lain seperti Gunung Kembang, yang masih berada di wilayah Bayah.
“Ini amanah berat dari Puun kami. Kami mohon dengan sangat agar Gunung Pamumbulan jangan lagi dirusak. Itu tanah adat kami, bagian dari hidup kami,” ujarnya penuh harap.
Gunung Pamumbulan, yang dianggap sakral oleh masyarakat Baduy, kini dikabarkan mengalami kerusakan parah. Lubang-lubang bekas penggalian batu terlihat jelas dari kejauhan. Aktivitas alat berat pun masih berlangsung di beberapa titik, menurut penuturan warga suku baduy.
Baca Juga: Kapan Diisi? 8 Jabatan Eselon II di Pemkab Lebak Kosong Sejak 2024
Gunung Adat dan Tradisi Baduy yang Terancam
Bagi masyarakat Baduy, alam bukan sekadar tempat tinggal, tapi bagian dari identitas dan spiritualitas. Gunung Pamumbulan termasuk dalam kawasan yang dianggap suci dan dijaga secara turun-temurun. Kerusakan pada gunung tersebut berarti juga kerusakan pada tatanan hidup adat yang mereka pertahankan selama ratusan tahun.
“Kami tidak tahu harus bagaimana. Gunung sudah rusak, suara kami tidak didengar. Tapi kami tetap percaya, selama kami sampaikan dengan cara baik, pemerintah akan mendengar,” kata Sardi sebelum pamit dari pendopo.
Pemkab Lebak Akan Tindaklanjuti
Menanggapi keluhan tersebut, Bupati Lebak Moch Hasbi Asyidiki Jayabaya menyatakan komitmennya untuk segera menindaklanjuti aspirasi warga adat Baduy. Ia menekankan bahwa Kabupaten Lebak telah memiliki Peraturan Daerah (Perda) Nomor 32 Tahun 2001 tentang Perlindungan Hak Ulayat Masyarakat Baduy.
“Kita punya Perda yang secara hukum melindungi masyarakat Baduy dan wilayah adatnya. Tidak boleh ada perusakan lingkungan yang mengancam keberadaan mereka. Kami akan segera mengecek dan menindaklanjuti temuan ini,” tegas Hasbi.
Tanggapan Aktivis Pemuda Lebak
Seruan dari masyarakat Baduy ini membuka kembali diskusi soal eksploitasi sumber daya alam dan hak-hak masyarakat adat di tengah derasnya arus investasi. Di saat satu pihak berbicara soal pembangunan dan ekonomi, pihak lain berjuang mempertahankan warisan leluhur.
“Apakah suara dari jantung Baduy ini akan menjadi titik balik? Waktu akan menjawab. Namun satu hal pasti, gunung-gunung tak bisa bicara, maka rakyat adatlah yang bersuara,” singkat Agus Aan, aktivis Pemuda Kecamatan Bayah.
Hingga berita ini diturunkan, pihak PT Semen Merah Putih belum memberikan tanggapan resmi terkait hal ini.
Editor: Imron Rosadi