JAKARTA, RADAR24NEWS.COM – Jakarta | Di saat banyak pihak khawatir terhadap tekanan global dan gejolak harga pangan, Bank Indonesia (BI) justru menyuguhkan kabar menyejukkan. Dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI bulan April 2025, Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan: inflasi Indonesia akan tetap terkendali dalam kisaran target 2,5±1 persen untuk tahun 2025 dan 2026.
“Inflasi inti diprakirakan terjaga seiring ekspektasi inflasi yang terjangkar dalam sasaran, kapasitas ekonomi yang memadai, imported inflation yang terkendali, dan dampak positif dari digitalisasi,” ujar Perry, penuh keyakinan.
Data Buktikan, Bukan Sekadar Janji
Berdasarkan data terbaru, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Maret 2025 tercatat sebesar 1,03 persen (year on year/yoy). Sementara inflasi inti tetap stabil di 2,48 persen (yoy)—angka yang menunjukkan keberhasilan BI dalam menjaga stabilitas moneter.
Lebih mencengangkan lagi, inflasi dari sektor pangan bergejolak alias volatile food hanya sebesar 0,37 persen (yoy). Ini hasil dari kerja sama solid antara BI dan pemerintah melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dan koordinasi aktif Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP/TPID).
Sektor Energi dan Harga Terkendali
Di tengah lonjakan harga global, kelompok administered prices justru mengalami deflasi sebesar 3,16 persen (yoy). Penurunan ini tak lepas dari berakhirnya kebijakan diskon tarif listrik untuk rumah tangga berdaya listrik di bawah 2.200 VA. Sebelumnya, kelompok ini sempat mencatat deflasi dalam hingga 9,02 persen!
Suku Bunga Tetap, Ekonomi Dijaga Stabil
BI juga memutuskan untuk menahan suku bunga acuan (BI-Rate) di level 5,75 persen, sementara suku bunga deposit facility tetap 5,00 persen, dan lending facility di 6,50 persen. Ini bukan tanpa alasan. Perry menyatakan langkah ini penting demi:
- Menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah,
- Memastikan inflasi tetap dalam jalur target,
- Mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
“Keputusan ini konsisten dengan strategi kami dalam menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan. Kami terus evaluasi peluang untuk pelonggaran suku bunga,” tegas Perry.
Baca Juga: Presiden Prabowo Pimpin Tanam Padi Serentak di 14 Provinsi, Gunakan Drone untuk Tebar Benih
Digitalisasi dan Kredit Dorong Ekonomi
Tak hanya fokus pada moneter, BI juga memperkuat sektor makroprudensial dan sistem pembayaran. Salah satu andalannya adalah Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM), yang diarahkan untuk mendorong kredit ke sektor-sektor produktif, sejalan dengan program Astacita milik pemerintah. Selain itu, penerapan pembayaran digital juga diperluas guna mempercepat transaksi dan memperkuat struktur ekonomi.
“Bauran kebijakan akan terus kami jaga dan sesuaikan. Kami siap dengan semua instrumen untuk memastikan ekonomi tumbuh sehat dan inflasi terkendali,” tutup Perry dengan nada optimis.