TANGERANG, RADAR2NEWS.COM–Nasarudin, warga Desa Kohod, Kecamatan Pakuhaji, Kabupaten Tangerang, merasa menjadi korban dugaan praktik mafia tanah. Tanpa sepengetahuannya, namanya dicatut dalam sertifikat tanah seluas 14.978 meter persegi yang ternyata berada di laut!
Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB) tersebut diterbitkan oleh Badan Pertanahan Kabupaten Tangerang pada 13 Desember 2023. Dalam dokumen itu, tercatat bahwa Nasarudin adalah pemilik sah lahan di kawasan pagar laut Tangerang.
Yang lebih mengherankan, sertifikat itu juga mencantumkan surat kepemilikan tanah di kawasan pantai utara, dengan nama ahli waris sebagai pemilik. Nasarudin menduga kuat ada keterlibatan oknum dari Pemerintah Desa (Pemdes) Kohod dalam penerbitan sertifikat tersebut.
Menurut Nasarudin, modus pencatutan ini dilakukan dengan mengumpulkan fotokopi KTP warga untuk alasan yang tidak jelas. Bahkan, anak Nasarudin sempat diminta menyerahkan dokumen identitas tanpa penjelasan yang memadai.
“Saya tidak pernah merasa punya tanah, baik di darat maupun di laut. Tiba-tiba nama saya tercatat memiliki SHGB seluas 14.978 meter persegi,” ungkap Nasarudin sambil menunjukkan dokumen yang dikeluarkan Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Tangerang kepada wartawan, Selasa (28/1/2025).
Baca juga: Dugaan Korupsi Penerbitan SHM dan SHGB di Perairan Tangerang Diselidiki Kejagung
Di tempat yang sama, Hendri Kusuma, salah satu anggota Tim Advokasi Warga, mengungkapkan bahwa kasus serupa ternyata tidak hanya dialami oleh Nasarudin. Beberapa warga Desa Kohod lainnya juga menjadi korban. Hendri menjelaskan, modus yang digunakan adalah meminta KTP warga untuk kemudian dijadikan dasar penerbitan surat keterangan (PM1) sebagai syarat pembuatan SHGB.
“Warga diminta menyerahkan KTP tanpa alasan yang jelas. Belakangan diketahui, KTP itu digunakan untuk membuat PM1, yang kemudian dijadikan dasar penerbitan SHGB,” ujar Hendri.
Hingga berita ini diterbitkan, wartawan Radar2News masih berusaha mendapatkan konfirmasi dari pihak Pemdes Kohod. Namun, saat mendatangi kantor desa, tempat tersebut terlihat tertutup.
“Tidak ada siapa-siapa, Pak. Lagi libur,” ujar seorang warga setempat yang enggan disebutkan namanya. (imron)