LEBAK, RADAR24NEWS.COM-Rasa kecewa dan frustasi semakin membuncah di hati warga Desa Tambak Cimarga, Kecamatan Cimarga, Kabupaten Lebak. Bukan karena bencana alam, melainkan karena janji yang tak kunjung ditepati. Rumah mereka sudah tergenang oleh air Bendungan Karian yang megah, tapi ganti rugi yang dijanjikan pemerintah belum juga datang.
Di atas hamparan genangan air yang tenang, terlihat sebuah spanduk protes terbentang di landmark Bendungan Karian. Tulisan besar di atas kain putih itu menohok: “Waduk Karian Mana Tanggung Jawabmu Untuk Desa Tambak?”. Di sampingnya, terpampang foto masjid yang kini tenggelam sebagian oleh air bendungan.
Warga Masih Menunggu Janji yang Tak Kunjung Datang
Ahmad, salah satu warga yang tinggal tak jauh dari lokasi spanduk, mengaku tak tahu siapa yang memasangnya. Namun, dia memahami betul alasan di balik aksi itu.
“Warga kesal. Sampai sekarang, lahan mereka yang tergenang belum juga diganti rugi. Sudah terlalu lama janji ini menggantung,” ujar Ahmad, Selasa (3/6/2025).
Menurutnya, spanduk itu mencerminkan keresahan kolektif warga Desa Tambak Cimarga. Mereka merasa diperlakukan tidak adil, apalagi pembangunan Bendungan Karian telah diresmikan sejak 2023.
“Lahannya sudah tergenang air, tapi belum di ganti rugi,” kata Ahmad.
Baca Juga: Dari Bogor hingga Banten, Peziarah Lintasi Jarak Demi Doa di Gua Maria Bukit Kanada
Puluhan Warga Belum Terima Ganti Rugi
Pian, warga lainnya, mengungkapkan bahwa puluhan warga masih belum menerima ganti rugi atas rumah dan lahan mereka yang terdampak proyek strategis nasional tersebut.
“Masalahnya di administrasi lahan dulu. Ada yang belum lengkap, ada juga yang datanya tumpang tindih, jadi proses pembayaran ganti rugi belum kelar,” terang Pian.
Ironisnya, di tengah gemerlap proyek nasional, masih ada warga yang hidup dalam ketidakpastian. Air mengalir di atas tanah mereka, tapi hak mereka tetap kering oleh janji.
Pembangunan vs Keadilan Sosial
Desa Tambak Cimarga kini menjadi simbol tarik-menarik antara pembangunan infrastruktur dan keadilan sosial. Pemerintah pusat mungkin melihat bendungan sebagai lompatan kemajuan, tapi bagi warga, itu berarti kehilangan rumah, lahan, dan harapan—tanpa kepastian kapan mereka akan mendapat kompensasi.
Editor: Imron Rosadi





































