KAB. TANGERANG, RADAR24NEWS.COM-Angka kemiskinan Kabupaten Tangerang 2025 kembali menjadi sorotan, menyusul laporan LKPJ Bupati Tahun 2024 yang menunjukkan penurunan tipis jumlah warga miskin dan pengangguran. Meski terdapat progres, DPRD Kabupaten Tangerang menilai upaya pengentasan kemiskinan masih jauh dari harapan masyarakat.
Berdasarkan data resmi, angka kemiskinan ekstrem pada tahun 2023 tercatat sebanyak 276 ribu jiwa. Pada tahun 2024, jumlah itu turun menjadi sekitar 266 ribu. Penurunan tersebut hanya berkisar kurang dari satu persen. Sementara, tingkat pengangguran terbuka mengalami penurunan dari 6,90 persen menjadi 6,06 persen dalam periode yang sama.
DPRD Apresiasi, Tapi Tetap Beri Catatan
Wakil Pimpinan DPRD Kabupaten Tangerang, Ahmad Baidowi, dalam rapat paripurna rekomendasi terhadap LKPJ Bupati menyampaikan apresiasi atas sejumlah program pengentasan kemiskinan seperti PKH dan pangan murah. Namun, ia menegaskan bahwa penurunan tipis angka kemiskinan perlu menjadi bahan evaluasi serius.
“Langkah-langkah intervensi sudah terlihat, tapi hasilnya belum signifikan. Ini harus menjadi perhatian Pemkab Tangerang untuk tahun 2025,” tegas Baidowi, Rabu (14/5/2025).
Baca Juga: AKI dan AKB Kabupaten Serang Menurun sejak 2021
DPRD pun memberikan catatan khusus terkait efektivitas pelaksanaan program, distribusi bantuan, dan perlunya sinergi lintas OPD untuk menyasar kantong-kantong kemiskinan secara tepat sasaran.
Langkah Strategis untuk Tahun 2025
Menanggapi hal tersebut, Bupati Tangerang Maesyal Rasyid menyatakan pihaknya telah menyiapkan strategi baru untuk tahun 2025 agar angka kemiskinan dan pengangguran bisa ditekan lebih signifikan.
“Kami akan memperkuat pendataan dan memperluas akses pelatihan kerja, serta pendampingan UMKM untuk mengatasi masalah struktural kemiskinan,” ujar Maesyal.
Pemerintah Kabupaten Tangerang juga menyampaikan bahwa pendapatan daerah tahun 2024 melampaui target, sehingga diharapkan alokasi anggaran penanggulangan kemiskinan bisa ditingkatkan.
Harapan Warga
Bagi banyak warga Kecamatan Solear, Kabupaten Tangerang seperti Ani, harapan mereka sederhana, bantuan tepat sasaran, lapangan kerja terbuka, dan harga kebutuhan pokok terjangkau.
“Yang penting ada kerjaan, dan harga beras nggak naik terus. Kalau cuma angka turun di berita, kami tetap susah,” tutupnya.
Sementara Ani, seorang ibu dua anak yang tinggal di Tigaraksa, masih harus berjuang menghidupi keluarganya dari hasil berjualan gorengan di depan rumah.
“Saya dengar katanya angka kemiskinan turun, tapi saya masih susah beli beras. Bantuan kadang datang, kadang enggak. Kalau hujan, dagangan sepi, anak-anak kadang cuma makan mi,” ujar Ani lirih.
Editor: Imron Rosadi










































