LEBAK, RADAR24NEWS.COM-Sejumlah desa di Lebak mulai berbenah. Mereka tak hanya sibuk membangun infrastruktur fisik, tapi juga merancang masa depan ekonomi yang lebih mandiri dan berdaulat melalui pembentukan Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih. Target Kopdes akan terbentuk Juni 2025.
Sebanyak 36 desa di Kabupaten Lebak sudah lebih dulu menggelar Musyawarah Desa Khusus (Musdesus), sebagai langkah awal pembentukan koperasi. Gerakan ini menjadi bagian dari program strategis nasional yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto untuk menciptakan sistem ekonomi lokal yang sehat dan mengurangi ketergantungan masyarakat desa terhadap pinjaman online (pinjol).
“Sampai saat ini, 36 desa sudah Musdesus dan memulai proses pembentukan Kopdes Merah Putih,” ujar Oktavianti Arief Ahmad, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Lebak, saat dikonfirmasi, Minggu (11/5/2025).
Baca Juga: Menelisik Kecamatan Malingping, Calon Ibu Kota Kabupaten Cilangkahan
Koperasi Desa Bisa Dapat Dana hingga Rp5 Miliar
Setiap koperasi yang terbentuk akan mendapat peluang akses pendanaan hingga Rp5 miliar, yang bersumber dari berbagai skema, seperti pinjaman dari Himbara, dana desa dari APBN, dan dukungan APBD. Dana ini nantinya akan disesuaikan dengan skala usaha dan kebutuhan masing-masing desa.
Kepala Desa Sukamanah, Kecamatan Malingpong Alex, menyatakan bahwa proses Musdesus menjadi forum krusial untuk menentukan pengurus koperasi, mekanisme pengelolaan dana, hingga jenis usaha yang dijalankan.
“Kami optimis. Sekarang di Banten sudah seribuan desa bergerak membentuk koperasi. Targetnya, semua selesai sebelum Juni 2025,” kata Rafik.
Desa di Lebak Siap Berdikari
Program Kopdes Merah Putih tak hanya soal dana atau administrasi. Ini tentang harapan. Tentang bagaimana desa di Lebak ingin berdiri di kaki sendiri. Tentang warga yang ingin punya kontrol atas ekonominya tanpa harus bergantung pada sistem yang tak berpihak.
“Kami nggak mau terus-terusan jadi objek. Lewat koperasi ini, kami ingin jadi subjek pembangunan,” ucap Alex dengan semangat.
Asa dari Akar Rumput: “Kami Mau Keluar dari Pinjol”
Program ini disambut antusias oleh warga desa. Bagi mereka, koperasi bukan sekadar lembaga keuangan, tetapi juga harapan untuk memulai hidup yang lebih tenang tanpa jeratan bunga mencekik dari pinjaman daring.
Dian Rahayu (35), warga Desa Curug Badak, Kecamatan mengaku pernah terlilit pinjaman online hingga nyaris kehilangan usaha warungnya.
“Saya pinjam Rp2 juta, tapi jatuh temponya cepat dan bunganya terus naik. Sekarang ada koperasi, semoga bisa bantu ibu-ibu kayak saya yang butuh modal tapi nggak mau dijerat lagi,” ujarnya.
Senada dengan itu, Rohim (44), petani muda dari Desa Maja Baru, Kecamatan Maja menilai koperasi bisa jadi jalan keluar agar petani tak lagi bergantung pada tengkulak atau rentenir.
“Kita ini butuh pupuk, bibit, sama alat. Kalau lewat koperasi, semoga bisa akses modal tanpa ribet dan bunganya manusiawi,” tutur Rohim.
Editor: Imron Rosadi