KOTA TANGERANG, RADAR24NEWS.COM-Di bawah terik matahari, Muhammad Gunardi duduk termenung di atas motornya yang sudah lelah menempuh ribuan kilometer. Ia adalah satu dari ribuan ojek online (ojol) di Tangerang yang kini merasa seperti diperas perlahan oleh sistem. Bukan oleh penumpang, tapi oleh aplikasi tempat mereka mencari nafkah.
“Dulu kita disebut mitra. Sekarang, rasanya seperti karyawan tidak bergaji tetap, cuma dipotong sana-sini,” ujar Gunardi saat ditemui di kawasan Babakan, Kota Tangerang, Sabtu (10/5/2025).
Keluhan Gunardi bukan tanpa alasan. Ia menyebut bahwa pemotongan tarif aplikasi ojol kini bisa mencapai lebih dari 25 persen dari total pendapatan. Jika sebelumnya ia bisa membawa pulang Rp75.000 untuk satu orderan jarak jauh, kini ia hanya menerima Rp50.000 setelah dipotong “biaya-biaya” yang makin tak jelas.
“Bayangkan saja, antar penumpang ke Cisauk dapat Rp75 ribu, kena potong ini itu, jadi Rp50 ribu. Kadang saya minta cancel, penumpangnya bayar langsung, karena gak tahan lihat potongannya,” keluhnya.
Baca Juga: Mau Kurban Tapi Sibuk? Baznas Kota Tangerang Tawarkan Solusi Praktis Jelang Idul Adha
Tarif Turun, Beban Naik
Permasalahan yang dialami Gunardi juga dirasakan oleh banyak rekannya sesama ojol Tangerang. Mereka menyebut potongan tarif dari aplikasi naik secara perlahan, tapi pasti. Bahkan, janji manis seperti Tunjangan Hari Raya (THR) hanya menjadi Bantuan Hari Raya (BHR) yang jumlahnya jauh dari harapan.
“Awalnya dijanjikan THR, yang datang malah BHR. Habis itu potongan makin naik. Kita sudah enggak tahu lagi mau ngadu ke siapa,” ujar Gunardi sambil tertawa pahit.
Suara Ojol, Suara yang Diabaikan
Yayan Simalungun, pengemudi ojol lainnya, menyebut para ojek online di Tangerang sudah sangat sabar. Tidak seperti di daerah lain yang memilih turun ke jalan. Tapi kesabaran itu bukan berarti mereka tidak merasa tertekan.
“Hak-hak kami cuma formalitas. Kalau sudah dicap mitra, ya bebas dipotong kapan saja. Sekarang dapat Rp100 ribu bersih sehari saja susah,” katanya.
Harapan pada Pemerintah dan Aplikator
Para pengemudi ojol Tangerang berharap pemerintah turun tangan, atau setidaknya memberi aturan yang jelas mengenai batas pemotongan tarif dan hak-hak perlindungan sosial mereka.
“Kita ini bagian dari ekosistem transportasi digital juga. Tapi kenapa diperlakukan seperti invisible worker? Gak ada jaminan, gak ada perlindungan. Potongan doang yang makin kelihatan,” kata Gunardi.
Rencana Demo di Jakarta
Karena tekanan yang terus meningkat, Gunardi dan beberapa rekan mengaku sedang merencanakan aksi damai di Jakarta akhir bulan ini. Mereka ingin menyuarakan satu hal sederhana: transparansi dan keadilan.
“Selama kita masih dianggap mitra, kita akan terus kalah. Harus ada perubahan. Kalau tidak, satu per satu dari kami akan tumbang,” tutupnya.
Editor: Imron Rosadi