LEBAK, RADAR24NEWS.COM—Lonjakan harga kacang kedelai impor yang menembus angka Rp11 ribu hingga Rp12 ribu per kilogram mulai dirasakan dampaknya oleh para perajin tahu dan tempe di Kabupaten Lebak, Banten. Akibatnya, sejumlah pelaku usaha kecil terpaksa mengurangi produksi bahkan merumahkan karyawan demi bertahan di tengah tekanan biaya produksi yang terus meningkat.
PHK Karyawan Sebagai Solusi
Salah satunya dirasakan oleh Agus, perajin tahu asal Kampung Selahaur, Kecamatan Rangkasbitung, yang terpaksa mengurangi kapasitas produksinya hampir setengah dari jumlah biasanya. Bahkan, ia harus merumahkan empat orang karyawannya demi menekan biaya operasional.
“Saya terpaksa menurunkan produksi dan memberhentikan karyawan karena harga kedelai sedang mahal,” ujar Agus saat ditemui di tempat usahanya, Senin (21/4/2025).
Baca Juga: Harga Gabah Naik, Petani Lebak Raup Keuntungan Maksimal
Meski harga bahan baku melambung, Agus memilih untuk tidak menaikkan harga jual tahu dan tenpe miliknya demi menjaga loyalitas konsumen. Namun, hal tersebut justru membuat margin keuntungannya makin menipis.
“Saya tetap tidak menaikan harga tahu dan tempe, karena supaya konsumen tidak kecewa,” imbuhnya.
Agus berharap pemerintah dapat segera turun tangan mengatasi kenaikan harga kacang kedelai yang sudah terjadi selama beberapa bulan terakhir. Menurutnya, stabilisasi harga sangat penting agar industri tahu-tempe yang menjadi tulang punggung ekonomi rakyat kecil bisa kembali bergeliat.
“Harapannya supaya stabil lagi lah harga kacang, biar para perajin tahu bisa produksi lagi, dan karyawan saya bisa kerja lagi,” tandasnya.
Kenaikan Harga Kedelai Terjadi Sejak Maret
Kondisi serupa juga dirasakan oleh Siti Marni (43), perajin tahu yang beroperasi di Kecamatan Maja Kabupaten Lebak. Ia mengaku sejak awal Maret 2025 sudah memangkas jadwal produksi dari seminggu enam kali menjadi hanya tiga kali.
“Biasanya produksi hampir tiap hari, sekarang cuma tiga kali seminggu. Kalau dipaksakan, modalnya enggak nutup,” kata Siti.
Siti menjelaskan, harga kacang kedelai yang sebelumnya masih bisa dibeli dengan harga Rp9.000/kg, kini melambung menjadi lebih dari Rp11.500/kg. Kenaikan ini tak hanya memberatkan biaya produksi, tapi juga memengaruhi omzet harian yang biasanya bisa mencapai Rp500 ribu per hari.
“Konsumen enggak mau kalau harganya saya naikin. Akhirnya ya, saya yang rugi. Tapi tetap dipaksakan supaya pelanggan enggak kabur,” keluhnya.
Pemerintah Diharap Turun untuk Mestabilkan Harga Kedelai
Ia pun juga berharap ada bantuan konkret dari pemerintah, baik dalam bentuk subsidi bahan baku maupun stabilisasi harga melalui intervensi impor atau distribusi.
“Kalau kondisi begini terus, bisa-bisa banyak yang gulung tikar. Padahal usaha tahu ini sudah turun-temurun dari orang tua saya,” ujarnya.
Editor: Imron Rosadi