LEBAK, RADAR24NEWS.COM-Pada tahun 2024, Kabupaten Lebak mencatatkan 83 kasus baru HIV/AIDS, dengan mayoritas penderita berasal dari kalangan ibu rumah tangga. Angka ini menggambarkan adanya peningkatan yang cukup signifikan terkait penyebaran virus mematikan ini di kalangan kelompok rentan. Oleh karena itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Lebak terus berupaya keras mengoptimalkan sosialisasi dan edukasi untuk mencegah penularan HIV/AIDS, khususnya di kalangan remaja, wanita usia produktif, dan ibu hamil.
Remaja dan Ibu Rumah Tangga Kelompok Rentan
Pelaksana Harian Kepala Dinkes Kabupaten Lebak, Budi Mulyanto, mengungkapkan bahwa pemerintah daerah memfokuskan perhatian pada kelompok rentan dalam kegiatan pencegahan HIV/AIDS. Sebagian besar peserta sosialisasi merupakan remaja (pelajar) dan ibu rumah tangga, yang dikenal lebih rentan terhadap penularan virus HIV karena keterbatasan akses informasi mengenai perilaku berisiko.
“Sebagian besar kasus yang kami temui di Lebak melibatkan ibu rumah tangga. Ini sering kali disebabkan oleh suami mereka yang memiliki perilaku berisiko, seperti melakukan hubungan seksual bebas atau penggunaan narkoba suntik,” kata Budi Mulyanto, Minggu (20/4/2025).
Baca Juga: Menabung Sejak 1980, Marni Tukang Pijat 90 Tahun dari Lebak Siap Naik Haji
Sebagai contoh, data yang dihimpun oleh Dinkes menunjukkan bahwa banyak ibu rumah tangga yang terinfeksi HIV meskipun mereka tidak terlibat dalam perilaku berisiko langsung. Ini menunjukkan bahwa pentingnya kesadaran akan cara penularan HIV dan pentingnya pengujian serta edukasi kepada kelompok tersebut. Dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS, dr. Budi menyebut fenomena di Kabupaten Lebak bagaikan gunung es, di mana hanya sebagian kecil kasus yang terungkap.
“Banyak masyarakat yang terinfeksi namun tidak menyadari bahwa mereka telah terpapar HIV, karena tidak melakukan pemeriksaan atau pengobatan secara teratur,” tambahnya.
HIV/AIDS, yang disebabkan oleh penularan melalui kontak seksual, penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi, serta penularan dari ibu ke anak, seringkali tidak terdeteksi pada tahap awal. Bahkan, banyak penderita yang tidak bergejala, sehingga mereka cenderung mengabaikan untuk melakukan tes.
“Oleh karena itu, Dinkes Kabupaten Lebak intensif mengadakan kampanye untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya skrining HIV,” imbuhnya.
Pentingnya Pemeriksaan Dini dan Pengobatan Teratur
Untuk menanggulangi fenomena gunung es ini, Dinkes Lebak tidak hanya mengandalkan sosialisasi tetapi juga menyediakan akses lebih mudah bagi masyarakat untuk melakukan pemeriksaan HIV secara gratis. Skrining HIV dilakukan secara rutin kepada kelompok rentan, seperti pelajar, wanita usia produktif, dan ibu hamil, guna mendeteksi infeksi sedini mungkin dan memberikan pengobatan yang diperlukan.
Salah satu pendekatan yang dilakukan adalah penyediaan layanan kesehatan yang mobile, sehingga masyarakat dapat dengan mudah mengakses tes HIV di berbagai tempat. Selain itu, pengobatan Antiretroviral (ARV) yang diberikan secara gratis kepada penderita HIV telah terbukti efektif dalam memperlambat perkembangan penyakit dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
“Para penderita yang terdeteksi positif HIV akan mendapatkan pengobatan ARV secara gratis. Pengobatan ini harus dilanjutkan secara rutin untuk memastikan virus tetap terkendali dan tidak berkembang menjadi AIDS,” kata Budi.
Kolaborasi antara Pemerintah dan Masyarakat
Selain peran aktif dari Dinkes, Budi Mulyanto juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk berpartisipasi dalam pencegahan HIV/AIDS. Penyuluhan juga dilakukan dengan menggandeng berbagai organisasi masyarakat dan tokoh agama yang memiliki pengaruh besar di komunitas lokal. Hal ini diharapkan dapat mempercepat penyebaran informasi dan merubah persepsi masyarakat mengenai HIV/AIDS yang selama ini seringkali masih dianggap tabu untuk dibicarakan.
“Pencegahan HIV bukan hanya tugas pemerintah. Kami mengajak semua pihak untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pola hidup sehat dan melakukan tes HIV secara rutin,” ujarnya.
Mengurangi Stigma dan Diskriminasi
Dalam beberapa tahun terakhir, stigma terhadap penderita HIV/AIDS di Kabupaten Lebak masih tinggi. Banyak penderita merasa takut untuk mengungkapkan status kesehatan mereka karena khawatir akan diskriminasi dari masyarakat sekitar. Oleh karena itu, Dinkes Kabupaten Lebak bersama dengan berbagai elemen masyarakat terus berupaya untuk mengurangi stigma tersebut dengan melakukan edukasi yang berkelanjutan.
“Dengan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, diharapkan penanggulangan HIV/AIDS di Lebak akan lebih efektif, sehingga dapat mengurangi jumlah penderita dan meningkatkan kualitas hidup mereka,” pungkasnya.
Editor: Imron Rosadi