TANGERANG, RADAR24NEWS.COM–Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Pemkot Tangsel) mengakui bahwa kualitas udara di wilayahnya mengalami penurunan signifikan dan menjadi salah satu yang terburuk di Indonesia. Berdasarkan data dari situs pemantau kualitas udara IQAir serta laporan Greenpeace, polusi udara di Tangsel bahkan melebihi batas aman yang ditetapkan WHO.
Langkah Pemkot Tangsel Atasi Polusi Udara
Menyikapi hal ini, Pemkot Tangsel menyiapkan sejumlah langkah strategis untuk mengatasi permasalahan tersebut, termasuk penambahan ruang terbuka hijau (RTH) dan peningkatan transportasi massal yang ramah lingkungan.
“Salah satu langkah yang diambil Pemkot Tangsel adalah menambah ruang terbuka hijau dan terus melakukan penanaman pohon,” ujar Wakil Wali Kota Tangsel, Pilar Saga Ichsan, menanggapi temuan kualitas udara buruk di Kota Tangsel, Jumat (21/3/2025).
Selain membangun lebih banyak RTH, Pemkot Tangsel juga tengah berupaya memperbaiki sistem transportasi massal guna mengurangi ketergantungan warga terhadap kendaraan pribadi, yang menjadi salah satu penyumbang utama polusi udara.
“Tangsel memerlukan sistem transportasi publik yang terintegrasi. Kabar baiknya, PT MRT baru-baru ini melaporkan bahwa proyek MRT Lebak Bulus-Serpong telah masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), sehingga akan menjadi prioritas nasional untuk segera direalisasikan,” jelasnya.
Baca juga: Beli Makan Sahur, Pria di Ciputat Tangsel Tewas Tertabrak Truk
Warga Tangsel Keluhkan Kualitas Udara
Tak hanya pemerintah, warga Tangsel juga merasakan langsung dampak buruk dari polusi udara yang semakin meningkat. Salah satu warga Cipayung, Kecamatan Ciputat, Kota Tangsel, Andi (37), mengungkapkan kekhawatirannya terhadap kondisi udara di Tangsel yang semakin memburuk.
“Setiap pagi udara terasa lebih pengap dan banyak debu. Anak saya sering batuk-batuk, mungkin karena polusi yang makin parah. Kami berharap pemerintah segera mengambil langkah nyata untuk mengatasi ini,” ujarnya.
Sementara itu, Nina Herdayani (42), warga Serpong, juga mengeluhkan efek buruk kualitas udara terhadap aktivitas sehari-hari.
“Saya sering pakai masker meskipun tidak sedang pandemi, karena kalau keluar rumah, udara terasa sesak. Semoga ada lebih banyak pohon yang ditanam dan transportasi umum diperbaiki agar lebih nyaman digunakan,” katanya.
Editor: Imron Rosadi