SERANG, RADAR24NEWS.COM–Meski luas lahan pertanian di Banten terus menyusut akibat alih fungsi lahan, produksi beras di wilayah ini tetap mengalami surplus. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten melalui Dinas Pertanian (Distan) memastikan stok beras aman dan mencukupi kebutuhan masyarakat.
Produksi Beras Capai 522 Ribu Ton
Kepala Distan Banten, Agus Tauchid, menyatakan bahwa produksi beras di Banten pada periode Januari-April 2025 diperkirakan mencapai 522.412 ton. Sementara itu, kebutuhan beras masyarakat Banten setiap bulan sekitar 40.065 ton.
“Dengan jumlah produksi ini, kita masih mengalami surplus beras, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir akan kekurangan stok,” kata Agus kepada jurnalis Radar24news.com, Senin (3/3/2025).
Agus menjelaskan, produksi padi di Banten selama Februari 2025 mencapai 241.162 ton Gabah Kering Giling (GKG) atau setara 152.487 ton beras. Dari jumlah ini, terjadi surplus sebanyak 28.844 ton beras atau 18,91 persen dari kebutuhan bulanan.
Pada bulan Maret, bertepatan dengan Ramadan 1446 Hijriah, produksi padi diperkirakan mencapai 293.000 ton GKG atau 185.273 ton beras, dengan surplus sebesar 49.266 ton (26,59 persen).
“Siklus surplus ini diprediksi akan terus bertahan hingga Lebaran, dengan perkiraan produksi padi pada April mencapai 268.799 ton GKG atau 169.962 ton beras, dan surplus sebanyak 46.319 ton (10,04 persen) dari kebutuhan konsumsi bulanan,” terangnya.
Target Produksi 2025
Distan Banten menargetkan produksi padi tahun 2025 mencapai 1.762.822 ton GKG dengan luas panen 324.691 hektare dan produktivitas 54,29 kuintal per hektare. Pemerintah juga berkomitmen untuk terus mengoptimalkan potensi pertanian guna mendukung ketahanan pangan nasional.
“Potensi pertanian di Banten masih sangat besar. Kami akan terus berupaya memastikan produksi tetap stabil agar ketersediaan pangan terjaga dan kesejahteraan petani meningkat,” tutup Agus.
Petani Harapkan Dukungan Pemerintah
Seorang petani asal Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, Dedi (48), mengungkapkan bahwa meskipun hasil panen tetap tinggi, tantangan di lapangan masih cukup besar. Menurutnya, cuaca ekstrem dan keterbatasan akses terhadap pupuk bersubsidi menjadi kendala utama.
“Kami bersyukur produksi padi tetap melimpah, tetapi kami berharap pemerintah lebih memperhatikan ketersediaan pupuk subsidi dan pengairan yang stabil. Ini penting agar hasil panen tetap optimal,” ujar Dedi.
Editor: Imron Rosadi