LEBAK, RADAR24NEWS.COM-Ratusan hektare sawah di Desa Cisangu, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, terendam banjir yang semakin parah. Tani Merdeka Indonesia (TMI) Kabupaten Lebak menilai banjir ini diduga kuat akibat proyek pembangunan Tol Serang-Panimbang (Serpan) seksi 1 ruas Serang-Rangkasbitung.
Sekretaris Umum TMI Kabupaten Lebak, Ellen Herdyansyah, mendesak Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lebak untuk memfasilitasi dialog antara petani dan PT Wijaya Karya (WIKA) selaku pengelola tol. Tujuannya adalah mencari penyebab utama banjir serta solusi konkret guna mencegah kerugian lebih lanjut bagi para petani.
“Kondisi ini sangat menghambat program swasembada pangan yang tengah dicanangkan Presiden Prabowo. Mungkin saat ini baru terlihat di satu titik, tetapi bagaimana jika terjadi di daerah lain? Ini sangat merugikan petani,” ujar Ellen kepada wartawan, Jumat (12/2/2025).
Baca juga: Produksi Beras Lebak 2025 Surplus, Distan Targetkan 350.750 Ton
Ellen juga menyebut pihaknya berencana turun langsung ke lapangan untuk memantau kondisi di lokasi dan melakukan advokasi.
“Kami akan menjembatani dan menekan pihak terkait untuk mencari solusi. Kami mendukung keberadaan tol demi akses dan distribusi yang lebih mudah, tetapi dampak negatifnya terhadap masyarakat harus diperhatikan,” tegasnya.
Petani Kesulitan Tanam, Sawah Terancam Puso
Senada dengan TMI, Kepala Bidang Bina Usaha dan Perlindungan Tanaman Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Lebak, Irwan Riyadi, mengakui bahwa kondisi banjir di Desa Cisangu menyulitkan wilayah tersebut untuk menjadi salah satu pemasok pangan di Kabupaten Lebak.
Irwan menjelaskan bahwa area persawahan di Cisangu merupakan sawah tadah hujan yang sangat bergantung pada curah hujan untuk proses tanam. Namun, dengan intensitas hujan tinggi yang menyebabkan banjir, petani harus menunda masa tanam mereka.
“Kalau masa tanam bergeser dan kemudian datang kemarau, bagaimana nasib mereka? Jika dikaitkan dengan target swasembada, wilayah ini akan kesulitan berkontribusi,” terangnya.
Berdasarkan data yang dihimpun, total terdapat 115 hektare sawah yang terendam banjir di empat blok, yakni Blok 1, 2, 5, dan 8. Area terdampak meliputi Kampung Cimenteng Jaya dan Kampung Bueuk, dengan ratusan petani yang mengalami kerugian besar.
Sejauh ini, Distan Lebak mencatat sekitar 3,4 hektare sawah mengalami puso dengan total kerugian mencapai Rp132,6 juta dalam periode Januari hingga pertengahan Februari 2025.
DPRD Lebak Akan Gelar Rapat dengan PT WIKA
Merespons kondisi ini, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Lebak akan menggelar rapat dengar pendapat (RDP) dengan PT WIKA Serpan dalam waktu dekat. Ketua DPRD Lebak, Juwita Wulandari, mengonfirmasi bahwa RDP akan dilakukan pada Selasa, 18 Februari 2025, pukul 13.00 WIB.
“DPRD melalui Komisi IV telah mengundang PT WIKA Serpan untuk menghadiri RDP. Kami berharap dengan pertemuan ini, masyarakat dan pihak terkait bisa duduk bersama guna menemukan solusi terbaik atas permasalahan banjir yang diduga akibat proyek tol,” ujar Juwita.
Sementara itu, Kepala Desa Cisangu, Doli, mengatakan pihaknya telah melayangkan surat kepada DPRD Lebak agar segera digelar pertemuan dengan PT WIKA. Ia berharap persoalan banjir ini tidak terus berlarut-larut karena telah merugikan para petani.
“Sudah lama area sawah kami sering terendam banjir, tetapi sampai sekarang belum ada solusi. Kami sudah beberapa kali berkomunikasi dan menggelar rapat dengan pihak perusahaan, tetapi tidak ada tindakan nyata. Kami harap kali ini ada penyelesaian konkret,” tegas Doli.
Diketahui, pembangunan tol Serpan diduga memperburuk banjir di wilayah Cisangu, terutama di Kampung Cimenteng Jaya dan Kampung Bueuk. Bertahun-tahun sawah di wilayah ini mengalami gagal panen akibat banjir, sementara solusi dari pihak berwenang belum juga terlihat.
Harapan Petani: Solusi Nyata, Bukan Sekadar Wacana
Para petani berharap agar pemerintah dan pihak terkait segera mengambil langkah nyata untuk mengatasi permasalahan ini. Mereka meminta agar sistem drainase di sekitar tol diperbaiki sehingga tidak menyebabkan genangan air di area persawahan.
“Hampir semua kelompok tani terdampak. Jika gagal panen terus berulang, bagaimana nasib kami? Kami berharap ada tindakan nyata dari pemerintah dan pengelola tol, bukan hanya janji-janji tanpa realisasi,” pungkas Doli.
Penulis: Asep
Editor: Imron Rosadi